Rabu, 01 Juni 2011

Ashilla Part 3

Ashilla Part 3

Shilla mundur-maju mau memberikan keterangan, karena masih ada bagian-bagian yang bolong dalam cerita rekayasanya. Apalagi bila mengingat pertanyaan Nadya: “apa aja kata-kata Alvin waktu menyatakan perasaannya?” ngeri banget kan? Makanya, karena pertanyaan Nadya itu terlalu seram, Shilla sampai tak sanggup ngarang. Dan begitu Shilla sudah nekat mau memberikan keterangan –soalnya dia sudah benar-benar jutek dimusuhi terus- terdengar pemberitahuan dari secretariat bahwa tim basket SMA Buana Karya akhirnya akan ikut ambil bagian dalam kompetisi basket tingkat SMA. Karena itu latihan anak diadakan intensif, mungkin setiap hari, mengingat kompetisi tinggal dua minggu lagi.

Pengumuman itu begitu mendadak, karena izinnya juga turun mendadak. Sebelumnya para guru memang keberatan, soalnya anggota tim inti yang akan turun kebanyakan siswa-siswa kelas tiga, yang sebentar lagi harus menghadapi UAN. Jadi lebih baik menitikberatkan pada pelajaran dari pada basket. Basket kan gak di-UAN-kan.
Dengan adanya pengumuman itu, rencana Shilla terpaksa ditanguhkan, karena siangnya Alvin langsung ikut briefing.

“nanti aja Shill, abis kompetisi” jawab Alvin waktu disinggung soal itu. Shilla tidak membantah lagi, soalnya semenjak pengumuman itu turun tuh cowok emang jadi sibuk berat.

Dan semakin intensif Alvin latihan, berarti semakin intensif juga Shilla nongkrong di pinggir lapangan. Alvin tidak mengizinkan cewek itu pulang sendiri, meskipun saat itu sekolah sudah benar-benar sepi. Cewek-cewek ganas itu tidak terlihat lagi. Alvin takut Shilla dicegat di jalan, ditimpuk batu sih masih lumayan, kalo ditimpuk kapak kan urusannya bisa panjang.

Shilla suntuk juga tiap hari harus nongkrong di pinggir lapangan. Masalahnya, Alvin latihannya lumayan lama. Rata-rata dua jam tiap hari. Pernah dia ingin ikut latihan, sekedar ingin tahu dang anti suasana. Tapi Gabriel langsung melarangnya.

“jangan Shill! Ntar lo keinjek, lagi..”

Hah! Sialan gak tuh? Perasaan Shilla gak kecil-kecil amat. Keki juga dia waktu itu, diketawain ramai-ramai. Sebelum kenal Alvin, Shilla memang gak begitu akrab sama anak-anak basket. Karena mereka jangkung-jangkung, dia jadi minder. Apalagi setelah mereka tahu Shilla ternyata belum tujuh belas tahun, tambah habis si mungil itu digoda.

“elo mendingan belajar deh” kata Alvin sambil mengeluarkan buku dari tas “gak ikut bimbingan belajar kan?” Shilla geleng kepala “kalo gitu elo perlu pelajarin nih buku. Bagus. Banyak variasi soal”
Malas malasan Shilla menerima buku yang disodorkan Alvin, dan makin suntuk lagi

“fisika? Gak ada yang laen?”

“kenapa?”

“kan susah. Elo kayak gak tahu aja” -,-

“ justru karena susah, jadi harus lebih sering dipelajarin. Semakin susah suatu pelajaran, semakin gede juga porsi waktu yang harus disediakan. Paham?”

“gak. Abis udah siang sih” jawab Shilla ngelantur. Alvin ketawa

“dicoba deh.. oke ya? Met belajar”

Di saat sepi begini, dan Cuma tinggal segelintir orang, Alvin masih meneruskan sandiwaranya. Cowok itu mengusap kepala Shilla dengan penuh kasih saying *mauuuuu vin! #plakk*lalu cabut ke tengah lapangan. Shilla menarik nafas panjang-panjang begitu melihat satu kata di tengah sampul buku itu. FISIKA. Gede amat, membuat kepalanya tambah cenat-cenut.

_____*_____*_____*_____

Sebenarnya Alvin gak perlu khawatir soal keselamatan Shilla, sampai si mungil itu terpaksa ikut pulang telat tiap hari. Keke cs kan gak pernah lagi melakukan aksi penculikan. Kesannya kok kayak teroris. Kurang beradab, gitu.
Dan sehubungan dengan adanya kompetisi basket, sekarang Keke dan kawan-kawan sedang merencanakan aksi baru yang dijamin lebih bisa memberikan hasil. Yaitu aksi bikot!
Tapi itu baru alternative, karena mereka membutuhkan penawaran lain yang mereka anggap lebih lunak, meskipun agak-agak maksa.

Shilla melongo waktu Sabtu sore Ify datang dan cerita bahwa Keke dan Zevana sekarang sedang membentuk Panitia Khusus atau Pansus. Maksudnya jelas Cuma satu, mereka memaksa Shilla untuk mengatakan yang sebenar-benarnya, sejujur-jujurnya, sejelas-jelasnya, soal jadian dia dan Alvin.

“lucu kan?” Ify ketawa geli “itu kan namanya pelanggaran HAM! Orang mau pacaran sama siapa kek, itu hak masing-masing”

“siapa aja anggotanya?”

“gue gak tau pasti. Tapi yang ngerotok elo waktu itu ada semua Shill”

“waduh! Gawat!” Shilla langsung nepuk jidat

Alvin sendiri gak sempat lagi memikirkan hal itu. Jadwalnya benar-benar padat. Pulang sekolah harus latihan, setiap hari. Sementara bimbingan belajar yang diikutinya jadi lima kali dalam seminggu, makin meningkatkan kesibukannya. Total dia Cuma punya waktu istirahat hati Minggu. Itu pun kadang tidak bisa, karena dia anak baru kompleks tempat tinggalnya, jadi gak enak mau nolak kalau diajak ikut kegiatan ini-itu. Makanya waktu Shilla ngasih tahu soal Pansus itu, Alvin menanggapinya ogah-ogahan.

“paling gak serius” begitu katanya. Shilla akhirnya jadi ikutan cuek. Soalnya kalau selama ini Keke cs pada agresif, sekarang tidak ada gunanya sama sekali. Cuma dari Ify-lah Shilla mendengar bocoran rumor bakalan ada Pansus.

Eh, tapi ternyata.... bener euy!
Dua hari kemudian, setelah bak detektif swasta diam-diam menguntit Shilla ke mana pun cewek itu pergi, Nadya dan Iley, dua jubir Pansus, membajak si mungil itu ke toilet. Satu-satunya tempat di mana
Alvin tidak bisa terus nempel.
Dan mirip debt collector yang sudah tiga kali bolak-balik tiga kali tanpa hasil, dengan roman galak mereka ngasih tahu hasil rapat pansus, bahwa Shilla wajib memberikan keterangan YANG BENAR. Dan dalam waktu 3 X 24 jam! Kalau Shilla sampai berani menolak, apalagi melakukan walk out (maksudnya langkah pasti tak peduli) , pansus akan memberikan memorandum! Dan Shilla harus mengundurkan diri dari jabatan sebagai ceweknya Alvin -,- karena dengan penolakan, itu berarti memang benar ada rekayasa di belakang proses jadiannya mereka.

Ganas kan?
Shilla jadi pusing, di satu sisi dia tidak bersikap kayak anggota DPR, maju terus pantang mundur. Karena di samping tidak punya anggota cabinet, dia juga tidak punya pendukung fanatik. Di sisi lain, yang menyerahkan mandate kan Alvin, jadi Cuma Alvin yang berhak menentukan dia kudu lengser atau tudak.
Dan ini yang membuat Shilla makin pusing. Alvin kayaknya masa bodo amat terhadap pergerakan yang terjadi, sementara bila dilihat dari tampang Nadya dan Iley, yang sudah pasti merupakan sampel random ekspresi para anggota pansus, dengan emosi mereka pasti akan memaksa Shilla turun.
Karena tidak tahu mesti gimana, akhirnya Shilla Cuma diam. Sekaligus sambil menunggu apa benar bakalan ada memorandum. Kalau betul apa isinya?

Tiga hari kemudian, Keke telpon. Dia terpaksa berbaut begitu Karena dia tahu, meskipun satu kelas, dia takkan bisa mendekati Shilla apalgi ngajak ngomong empat mata.

“gue mau ngomong sama elo!” ketus banget suaranya. Tanpa ‘halo’ lagi

“apaan?” Shilla sama galaknya

“soal pesen yang sue sampein lewat Nadya sama Iley itu”

“ohh, itu. Mana? Katanya mau ngeluarin memorandum?”

“ini memorandumnya, bego!” bentak Keke

Shilla tercengang sesaat, terus ketawa keras. Memorandum kok dikasih tahunya lewat telepon?

“namanya memorandum itu pake kertas, Tante! Bukan lewat telepon”

“ahh, diem lu!” bentak keke. Tawa Silla makin keras

“makanya jangan sok pinter, ikut-ikutan bikin pansus. Memorandum itu apa, gak tau”

“DIEEEM!” bentak Keke, makin dongkol. “sekarang lo boleh ketawa. Tapi nanti kalo lo udah tau apa isi
memorandum itu, gue jamin..... lo gak bakalan bisa ketawa lagi!”

“oh yaaa? Apaan?” tantang Shilla, keberaniannya tidak surut. Dalam hati sih sebenarnya dia kerar-ketir juga. Cuma dia tidak mau memperlihatkannya, bisa makin bertingkah si Keke ini.

“heh!” Keke mencibir angkh “elo simak baik-baik ya..!”

Dan Shilla kontan ternganga. Terpana mendengar isi memorandum yang diucapkan keke dengan nada tegas itu.
Bahwa dalam waktu 2 X 24 jam, Shilla wajib memberikan keterangan. Kalau tidak, di kompetisi basket tingkat SMA minggu depan, pansus akan melakukan aksi pemboikotan atas senua supporter!
Gawat banget kan?

Besok paginya, waktu Alvin jemput, Shilla langsung menceritakan isi memorandum Keke itu dengan kecemasan yang benar-benar menggunung. Soalnya itu kan bisa jadi urusan runyam. Tapi Alvin malah tertawa dan meanggapinya dengan santai.

“gak mungkin!”

“kalo mungkin gimana? Udah deh, kita kasih keterangan aja yuk..”

“jadwal gue padet banget Shill. Elo kan tahu”

“ya.. gue sendiri aja”

“elo sendiri?” Alvin mengangkat alis tinggi-tinggi “berani? Elo bisa keluar tanpa bentuk nanti”
Keberanian Shilla ciut

“jadi gimana dong?”

“gak usah ditanggepin! Biarin aja, mereka kurang kerjaan!”

_____*_____*_____*_____

Ancaman itu ternyata benar-benar serius. Begitu batas waktu 2 X 24 jam sudah lewat dan Shilla tetep tenag-tenang saja, Pansus langsung bertindak.
Sebenarnya Shilla suma tenang di luar, dalam hati sih dia cemas banget. Tapi karena Alvin sudah bilang ‘cuekin aja’ ya terpaksa dia patuh. Sebagai kopral, kan jelas dia nurut aja apa kata komandan.
Sekarang Shilla tinggal menunggu laporan Ify, yang punya jabatan rangkap: sohib sekaligus koresponden. Soalnya, sejak jadi kembar siamnya Alvin, hubungan Shilla dengan dunia luar agak-agak renggang. Sekarang cewek-cewek rada segan mau ngomong sama Shilla, karena begitu ngeliat makhluk kece yang gak pernah jauh dari Shilla, mereka suka berdoa tanpa sadar, semoga Shilla dan Alvin cepet bubaran. Jadi dari pada mendoakan yang jelek melulu, mending menghindar.
Dan menurut laporan Ify, ancaman itu ternyata sangat serius!
Katanya, Keke bakalan ngasih duit sepuluh ribu perak per orang buat mereka yang gak nongol di GOR hari minggu besok. Waktu Shilla member tahu Alvin soal itu, cowok itu tetap tenang.

“gak mungkin lah Shil, sepuluh ribu kali seratus orang aja udah berapa? Satu juta. Ini sekolah punya murid berapa ekor? Hampir 2.500! jadi berapa totalnya? Dua puluh lima juta! Gila apa? Uang segitu bisa buat beli mobil tau!”

“vin, elo gak tau Keke sih. Tu anak belanja baju aja yang paling deket di Singapura sama Hong Kong. Sekarang dia malah suka bolak-balik Paris-London. BMW yang dia pake ke sekolah tiap hari itu, STNK-nya udah atas nama dial oh. Hadian ultah sweet seventeen tahun kemaren. Kadi, kalo Cuma duit dua puluh juta sih.... kecil!”

“jadi??”

“elo mau tanding tanpa supporter??”

“kan ada elo? Ify, Daud temen-temen sekelas. Pasti mereka gak mempan sogokannya Keke. Yang cowok loh. Gak tau deh kalo cewek”

“jadi cuekin aja nih??”

“iya!”

_____*_____*_____*_____

Anggota tim basket sendiri berusaha gak ambil pusing masalah itu. Mereka tetap giat latihan meskipun usaha pemboikotan lumayan ekstrem. Di saat mereka latihan di halaman sekolah, murid-murid jarang yang mau sejenak berhenti untuk nonton, apalagi memberikan semangat. Semuanya Cuma lalu-lalang, lewat begitu saja seakan anggota tim basket tak tampak mata.

Tapi ternyata bukan Cuma sampai di situ. Pansus punya aksi, cheeeleaders yang sepanjang sejarah pembasketan SMA Buana Karya selalu ikut ambil bagian, juga ikut diboikot!
Cewek-cewek manis itu dilarang tampil mengiringi tim basket di kompetisi nanti. Biar aja cowok-cowok itu bertanding sendiri.
Padahal kelompok cheerleader itu latihannya lebih intensif, kalau tim basket baru latihan begitu izin dari Kepsej turun, cewek-cewek itu malah udah start waktu izin itu masih jadi desas desus. Dan begitu izin benar-benar keluar, tiap hari mereka malah latihan sampai sore.
Tapi cewek-cewek yang kebanyakan siswi kelas satu dan dua itu terpaksa pasrah, ikhlas merelakan usaha keras mereka jadi mubazir. Soalnya ekskul cheerleader yang tergabung dalam wadah bernama Buana Karya Cipta (?) itu bisa eksis dengan berbagai macam kegiatan karena dukungan dana dari ortu Keke. Jadi mereka gak enak mau masa bodo atau jalan terus.
Rio, kapten tim basket SMA Buana Karya, geleng-geleng kepala. Tidak percaya waktu Zahra, koreografer kelompok cheerleader, menyampaikan berita bahwa mereka gak bisa ikut memeriahkan kompetisi seperti yang sudah-sudah.

“ada apa?” Tanya Debo, salah satu anggota tim inti, begitu Zahra pergi dengan wajah lesu. Rio garuk-garuk kepala, lalu menarik nafas panjang banget, baru menjawab

“yaaaaaaahh.. no supporter! No cheerleader! Bener-bener no one! Only us!”

Gabriel yang berdiri di samping Alvin, tiba-tiba ketawa. Dia merangkul cowok di sebelahya.

“ini gara-gara elo vin, bener-bener hebat! Gue salut!!!”

Alvin Cuma menyeringai, mereka melanjutkan kembali meneruskan latihan meskipun berita itu agak memecahkan konsentrasi.

Tapi Shilla yang duduk di pinggir lapangan dengan buku di pangkuan jadi ternganga saat mendengar percakapan itu. Tanpa supporter, dan sekarang tanpa cheerleader pula?
Ini sih bener-bener kelewatan!!

_____*_____*_____*_____

Shilla merasa dia gak boleh diam aja. Dia harus bertindak! Ini sudah kelewatan, masa Cuma gara-gara dia jadian sama Alvin, harus nama sekolah jadi taruhan? Tapi dia gak mau minta pendapat Alvin, paling nanti dia disuruh nyuekin lagi.

“shilla...” shilla mendingak. Ternyata Daud “kenape ngelamun?”

Shilla tersenyum tipis, menggeser badannya membagi kerindangan pohon untuk cowok yang tumben-tumbenan sudi mampir melihat orang main basket. Karena bagi Daud, satu-satunya olahraga yang menurutnya menarik adalah lari -.-

“ngelamunin ini, yang pada mau bertanding”

“oh iye Shill, gue denger-denger, katenye tim cirlider juge diboikot ame Keke, ye?” Tanya Daud pelan

“iya..” desah Shilla lirih “gue jadi gak enak nih Ud”

“kenape?”

“yaa kan gara-gara gue”

“kagak juge”

“kok begitu? Udah jelas-jelas semua ini gara-gara Keke jealous sama gue”

“orang kaye kelakuannye emang begitu.. kagak di mane-mane Shill”

“elo kok gak? Babe lo kan juragan tanah” -,-

“gue mah laen” jawab Daud serta merta “gue pan orangnye kagak sengak! Dose kate enyak gue. Kite
kagak boleh belagu! Harte pan titipan Tuhan. Bise diambil lagi ntar”
Shilla tersenyum lebar. Dia salut banget sama cowok betawi satu ini *anggap aja Daud orang betawi*

“jadi gimana Ud” keluh Shilla. Sebenarya dia tidak mengharapkan jawaban, tapi Daud jadi ikut putar otak melihat muka karuh di sebelahnya.

“emangnye nyang namenye cirlider kudu cewek ye?”

“ya gak ada peraturannya begitu sih”

“ya udeh! Gue juge mau jadi cirlider. Timbang joget-joget doing. Cetek”

“ngaco lu ah!!” Shilla terbelalak lalu ketawa “masa cowok mau jadi cheerleader?”

“yeeee daripade kagak ade Shill. Cirlider emerjensi, ape mau dikate?”

Shilla terdiam. Boleh juga sih sebenarnya, tapi gak ah.. gila!!!

“tapinye elo jangan bilang sape-sape dulu ye,, takut ntar Keke tau, terus gue diboikot juge”

“elo serius Ud?” shilla tebelalak menatap cowok itu. Tapi dia tidak menjawab, ternyata dia lagi serius
mikir, keningnya sampai keriting

“entar latihannye di rume gue aje. Biar aman. Pan kesian, ude latihan panas-panasan saban ari, ehhh kagak ade nyang dateng buat nyuport, kagak ade cirlider juge”

“terus lo mau ngajak sapa Ud? Mana ada yang mau lagi”

“entar gue pikirin di rume” Daud bangkit berdiri “gue pergi dulu ye Shill, ude tenge ari banget nih”

“he-eh deh makasih ya Ud”

“iyeee.. eh..” mendadak cowok itu balik lagi “besok pesen nasi kagak?”

Shilla diam sejenak, sebenarnya sih dia udah bosan, gila aja. Enam bulan lebih dia ditawarin nasi uduk terus tiap harinya, tapi karena Daud sudah berbaik hati mau ikut mikirin aksi boikot ini, Shilla jadi agak tega nolak.

“iya deh”

“ame Alpin sekalian?”

“iya dong, tapi duitnya besok ya”

“emtu gampang dah. Pekare duit mah kalo nasi ude di tangan. Yuk,, gue jalan dulu”
“yuk,, daaaaah”

Shilla menatap Daud sampai cowok itu menghilang di balik gerbang. Dia tahu kenapa cowok itu mau memberikan bantuan, Karena Daud juga pernah sakit hati sama Keke, soalnya Keke nyebut nasi uduknya
‘Nasi Udik’

“udah jaman millennium begini, masih makan nasi uduk juga” gitu Keke pernah ngomong, di depan kelas, lagi!
Padahal apa hubungannya ganti millennium sama nasi uduk coba?

_____*_____*_____*_____

Shilla benar-benar tidak bisa lagi Cuma diam. Dibantu Ify, Ray, Ozy, Irsyad dan segelintir orang lagi, dia berusaha sebisa mungkin mengumpulkan supporter. Tapi susah, yang doyan olahraga, apalagi penggemar basket, rata-rata sudah terima uang dari Keke, otomatis mereka diharamkan untuk datang.
Yang ada tinggal mereka-mereka yang tidak tertarik pada pertandingan olahraga. Nonton di tv yang bisa sambil makan, tidur-tiduran, bahkan tidur betulan saja mereka malas, apalagi ini yang langsung ke GOR.

Meskipun begitu, Shilla tetap berusha. Coba memberikan keyakinan bahwa bagaimanapun juga loyalitas tidak bisa diukur dengan uang. Baru dikasih sepuluh ribu perak aja masa langsung gak peduli dengan perjuangan teman-teman yang berusaha mengharumkan nama sekolah. Gimana kalau nanti Belanda balik lagi, terus nawarin jutaan gulden buat jadi kmpeni. Gimana coba?
Makanya, meskipun sudah pontang-panting sampai hari ketiga, empat hari sebelum kompetisi dimulai, Shilla Cuma dapat lima puluh supporter. Itu juga dua puluh orang teman sekelas yang ternyata memang tidak mempan sogokannya Keke.

Tapi untuk gedung GOR yang kepasitasnya sepuluh ribu orang, itu sama saja seperti teriak di padang pasir. Tidak mungkin ada gemanya. Selain itu Shilla juga tidak tahu Daud serius atau tidak soal cheerleader itu, karena setelah waktu itu Daud gak bicara apa-apa lagi. Dan sewaktu ditanya, tu cowok Cuma cengar-cengir kuda. Dan ketika diam-diam Shilla lewat beberapa kali di depan rumah juragan nasi uduk itu, rumah Daud mah tampak sepi! Tidak ada tanda-tanda orang berkumpul, apalagi suara music mengentak-entak yang sering dipakai untuk mengiringi cheerleader.
Akhirnya Shilla menarik kesimpulan bahwa waktu itu Daud Cuma simpati sesaat.
Cheerleader cowok? Emang edan banget sih!

_____*_____*_____*_____

Ternyata Alvin juga mulai menerima tekanan dari teman-teman satu timnya.

“emang konyol sih” keluh Gabriel “ naksir orang emang hak asasi setiap orang. Hak kita untuk memilih cewek yang kita mau, tapi khusus elo ini laen Vin, masalahnya udah merembet ke mana-mana. Udah gak masuk akal lagi kalo sampe hal sepenting ini jadi taruhannya. Makanya....” Gabriel menepuk-nepuk pundak Alvin “mending lo jelasin deh ke cewek-cewek yang jealous itu”

Rio, Dayat juga Debo setuju sama usul itu

“demi tim kita Vin” kata Gabriel “orang cemburu itu jusru harus lebih diwaspadain, masih mending orang gila, udah ketahuan!”

Tapi usul untuk memberikan penjelasan itu Cuma ternyata Cuma datang dari pemain inti. Sementara lima pemain cadangan sama sekali tidak peduli soal pemain cadangan sama sekali tidak peduli soal ketiadaan supporter dan cheerleader itu.

Alvin jadi bingung dengan adanya kejadian ini, keputusannya untuk ngajak Shilla ngasih keterangan di depan pansus jadi maju-mundur. Empat orang mengajukan sebaiknya begitu, lima orang cuek bebek.
Tapi besoknya hari jum’at dua hari menjelang pertandingan, di madding ditempelkan pengumuman yang gedenya gila-gilaan. Ditulis dengan tinta merah di atas selembar kertas karton hitam. Bunyinya:

UNTUK TEMEN-TEMEN SMA BUANA KARYA!

DATANG KE GOR HARI MINGGU BESOK. KARENA AKAN ADA KEHEBOHAN BESUAAAAARRR!!!!
LUPAIN DUIT 10 RIBU PERAK. KARENA KALO ELO-ELO PADA GAK DATENG DIJAMIN BAKALAN..... RUGI BERAT..RAT...RAT......RAT! MENYESAL SEUMUR HIDUP....DUP....DUP....DUP....!

10 JUATA PERAK JUGA GAK BAKALAN NUTUPIN KERUGIAN ELO! GAK BAKALAN NGILANGIN PENYESALAN ELO-ELO KARENA GAK DATENG DAN MENYAKSIKAN KEHEBOHAN ITU.
MAKANYAAA.....
DATANGLAH BERI DUKUNGAN UNTUK TIM BASKET KITA! DAN ELO-ELO BAKAL MENYAKSIKAN SESUATU YANG LAIN DARIPADA YANG LAIN.
DAHSYAT DAN MENCENGANGKAN!!!!

TTD: POLTERGEIST (HANTU TANPA WUJUD)

Pengumuman itu langsung menimbulkan gemparan. Semua bertanya-tanya dan jadi penasaran.
Yang paling kelimpunyan adalah Rio. Dia dibombardir pertanyaan dari mana-mana. Tapi dia tidak bisa memberikan jawaban apa-apa karena memang tidak tahu apa-apa. Waktu dia mau nanya ke salah satu anggota timnya, mereka malah lebih antusias lagi mencari tahu siapa si Poltergeist itu. Lima pemain cadangannya malah sebodo teuing. Gak pusing.

Rio makin penasaran lagi ketika mencerna surat kaleng. Isinya singkat:

GAK USAH KUATIR SOAL SUPORTER, MEREKA PASTI PATENG!! DIJAMINNNN!!
(dari kita-kita anggota cheerleader)

Cuma begitu isinya. Rio bingung, dia langsung mencari Zahra, tapi Zahra bilang, surat itu bukan dari mereka karena tetap tidak akan bisa tampil.
Rio tercenung. Berarti.... ada kelompok cheerleader lain!

_____*_____*_____*_____

Munculnya pengumuman aneh itu langsung diantisipasi oleh pansus dengan jalan menaikkan jumlah sogokan. Sepuluh ribu lagi. Kali ini dari koceknya Zevana.
Soalnya dampak pengumuman itu ternyata memang dahsyat. Hampir delapan puluh persen uang yang sudah dibagi-bagikan, langsung dikembalikan. Semua yang menbaca deratan kata itu kebanyakan langsung terhasut dane memutuskan untuk nonton.

Tapi ketika uang sepuluh ribuan yang disodorkan bertambah jadi dua lembar, banyak yang ngiler dan kontan bimbang. Cewek-cewek anggota pansus emang gak kurang akal. Mereka berusaha meyakinkan bahwa yang namanya kompetisi antar-SMA sih kompetisi kelas Amatir, jadi gak rugi deh kalo gak nonton. Kobatana, itu batu keren. Berkelas! Seru!

Akibat lain dari munculnya pengumuman misterius itu adalah Shilla jadi kena teror. Sebentar sebentar telpon berbunyi, dan meskipun orang di ujung sana berbeda disetiap deringnya, isinya tetap sama. Dengan nada tegas, cenderung kasar dan maksa, Shilla disuruh mengaku sedang merancang rencana apa!

Keke dan Zevana bahkan dengan tegas dan terus menuduh Shilla-lah orang dibalik munculnya pengumuman itu, dan meskipun Shilla sudah berteriak sampai nyaris histeris dan bilang bahwa dia tidak tahu apa-apa, cewek-cewek yang lagi pada cemburu buta itu tetap tidak ada yang percaya.
Shilla sendiri mulai curiga, asal-muasal pengumuman itu pasti dari Daud. Tapi dia tidak punya kesempatan bertanya, karena hari Jum’at saat pengumuman itu muncul Daud langsung pulang begitu bel. Tidak menanyakan pesanan nasi usuk seperti biasanya. Sabtu-nya Daud malah tidak masuk. Ditelepon ke rumahya, katanya lagi pergi!
Daripada donkol, akhirnya Shilla terpaksa nginap di rumah Acha, sepupunya Gabriel. Si Acha ini dari seminggu yang lalu sudah nelepon Shilla bahwa dia pengen banget bawa kue buat cowok-cowok yang mau betanding. Makanya dia minta Shilla bantuin masak.

Sebetulnya sih Shilla malas. Soalnya cowok-cowok basket itu perutnya pada susah kenyang-nya sih. Nagsih makan mereka tuh kayak ngasih makan sapi ._.v *jangan timpukin saiia* kudu banyak!
Tapi dari pada kuping jadi sakit, kepala jadi sakit, hati apalagi, mending sakit badan, istirahat sebentar bisa hilang. Karena itu, setelah geladiresik siang itu, Shilla ikut mobil Gabriel.

_____*_____*_____*_____

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar